Alat Musik Tehyan Yang Harus Dilestarikan di Kota Tangerang
Kota Tangerang memiliki banyak sekali kampung tematik, salah satunya adalah kampung Tehyan ini. Kampung yang berada di Jalan Pulau Bidadari, RT.001/RW.002, Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang dahulunya merupakan kampung yang tidak memiliki daya tarik wisata. Namun, setelah kampung ini diresmikan menjadi kampung tematik, barulah kampung ini berubah menjadi lebih menarik dan ramai dikunjungi oleh para wisatawan dalam maupun luar kota.
Sesuai dengan namanya Tehyan, konsep dari kampung ini adalah memperkenalkan alat musik tradisional khas Tionghoa agar tetap lestari dan tidak hilang. Program kampung Tehyan ini diusung oleh pemerintah Kota Tangerang untuk dijadikan kampung tematik direspon dengan baik. Setelah melakukan survei, Pemerintah melihat potensi dari kampung tersebut yaitu masih adanya pengrajin alat musik Tehyan dan terdapat juga Vihara di dalam kampung tersebut. Tepatnya pada tahun 2018, akhirnya kampung ini di launching secara resmi menjadi kampung tematik.
Kondisi
kampung yang sangat rapih serta terdapat hiasan mural disetiap dindingnya
menjadikan kampung ini ramai dikunjungi oleh para wisatawan dari dalam maupun
luar kota, mengingat trend sekarang yaitu objek wisata foto atau biasa disebut
dengan selfie. Salah satu yang menjadi daya tarik dari kampung ini adalah
keberadaan pengrajin alat musik tradisional Tionghoa yaitu alat musik Tehyan
yang menjadi ciri khas dari kampung tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu
alat musik Tehyan ini biasa dimainkan pada acara kebudayaan Tionghoa, seperti
Gombang Kromong dan Ondel-ondel.
Tak
hanya alat musik tradisional, di kampung tersebut juga terdapat perkumpulan
Tjong Tek Bio seperti adanya pertunjukan Barongsai dan juga Liong. Hampir dari
semua penghuni kampung ini adalah masyarakat keturunan Tionghoa, atau sering
disebut dengan sebutan China Benteng. Luas dari kampung ini adalah kurang lebih
10 hektare.
Saya
berusaha menyusuri kedalam kampung tersebut, terlihat seorang kakek paruh baya
yang sedang merapihkan rongsokan, ternyata kakek tersebut bernama Pak Goyong,
ia adalah seorang pengrajin alat musik Tehyan sekaligus seniman satu-satunya
yang ada di kampung tersebut bahkan di Kota Tangerang. Kakek berusia 75 tahun
itu sangat tetap konsisten untuk melestarikan alat musik tradisional yang
menjadi salah satu alat musik khas dari Tionghoa yang terus berkembang dan
menjadi salah satu bagian dari warga China Benteng yang tinggal saat ini di
Kota Tangerang.
Meskipun
Pak Goyong tidak muda lagi, tetapi ia sangat cekatan memainkan alat musik
Tehyan. Pak Goyong bercerita, iya bisa membuat satu alat musik yang berbahan
dasar dari kayu tersebut kurang lebih tiga hari. Ia biasa menjual alat musik
tersebut dengan harga 300 sampai 600 ribu tergantung alat musiknya. Alat musik
Tehyan hasil dari tangan Pak Goyong sudah dijual ke luar kota seperti, Jakarta
dan juga Bandung.
“saya
bisa membuat alat musik Tehyan ini tiga hari untuk satu alat musik, untuk
harganya kisaran 300 sampai 600 ribu tergantung alat musiknya,” ujarnya saat
ditemui, Kamis (19/11/2020).
Keberadaan
alat musik Tehyan di Indonesia sudah jarang ditemui hingga sekarang akibat
perkembangan zaman yang modern dan kurang diminati oleh anak muda zaman
sekarang, salah satu faktornya adalah karena alat musik tersebut dianggap kuno.
Sambil memainkan alat musik Tehyan, Pak Goyong berpesan kepada anak muda zaman
sekarang untuk tidak melupakan alat musik tradisional tersebut.
“saya
berharap masih ada anak muda penerus bangsa yang ingin belajar alat musik ini,
bagaimanapun juga alat musik ini menjadi ciri khas dari bangsa kita,” tutupnya.
Komentar
Posting Komentar